12 Februari 2010

ETOS KERJA, Kutipan sana sini

Dari buku Jansen Sinamo

1.
Kerja adalah Rahmat atau Anugrah maka aku harus bekerja tulus penuh syukur.
2.
Kerja adalah Amanah atau Tugas maka aku hrs bekerja benar penuh tanggung jawab.
3.
Kerja adalah Panggilan maka aku harus bekerja tuntas penuh integritas.
4.
Kerja adalah Aktualisasi diri maka aku harus bekerja keras penuh semangat.
5.
Kerja adalah Ibadah atau Yadnya maka aku harus bekerja ikhlas penuh kecintaan.
6.
Kerja adalah Seni maka aku harus bekerja cerdas penuh kreatifitas.
7.
Kerja adalah Kehormatan maka aku harus bekerja tekun mencapai keunggulan mutu.
8.
Kerja adalah Pelayanan maka aku harus bekerja dengan ramah penuh kerendahan hati.

1.
Rahmat artinya anugrah yang kita terima tanpa syarat. Biasanya itu berarti pemberian dari Tuhan karena kasih sayangnya. Kerja sudah jelas merupakan suatu anugrah juga. Bisa dibayangkan bagaimana seandainya kita tidak punya pekerjaan. Maka dari itu kita harus mengusahakan agar semakin hari pekerjaan kita semakin baik. Jangan sampai kita malah kehilangan pekerjaan kita karena kelalaian kita sendiri. Bila perlu
kita pindah kerja ke tempat lain bila ada peluang yang lebih baik. Dan karena kerja merupakan suatu anugrah maka kita agar selalu bersyukur dan bekerja dengan tulus serta senantiasa menjaga agar suasana hati selalu gembira dalam bekerja. Jangan sering ngedumel (ngeremon), bersungut-sungut atau bermalas-malasan.

2.
Amanah atau Kewajiban dapat diartikan suatu tugas berharga yang dititipkan pada kita berdasarkan kepercayaan yang disandarkan di atas diri kita. Misalnya: anak kita merupakan amanah. Dalam hal ini Tuhan telah mempercayai kita untuk dititipkan seorang (atau beberapa) manusia yang merupakan anak kita. Kewajiban kita terhadap anak adalah memelihara dengan penuh tanggung jawab dan mendidik dengan baik sehingga manjadi anak yang mandiri ketika dewasa dan menjadi seorang suputra.
Demikian pula dengan kerja, yang tak lain adalah amanah. Orang yang diberi suatu pekerjaan atau suatu jabatan adalah amanah. Maka perlu disadari karena kita telah dipercayai dititipkan suatu tugas untuk diselesaikan maka kita harus bekerja dengan benar dan penuh tanggung jawab.
Intinya adalah, kerja adalah amanah atau kewajiban atau komitmen maka kita harus bekerja dengan benar dan penuh tanggung jawab.

3.
Setiap orang terlahir ke dunia dengan sebuah panggilan hidup yang spesifik. Panggilan ini dijawab, dijalani dan dilakoni melalui profesi kerjanya masing-masing. Disebut juga swadharma. Ingkar atau lari dari swadharmanya berarti bersikap pengecut dan lalai. Kerja sebagai panggilan atau swadharma harus dikerjakan sampai lengkap tuntas dan penuh integritas (jujur dengan apa yang dipikirkan, dibicarakan dan dilaksanakan, ketiganya selaras).

4.
Aktualisasi diri adalah pengembangan dan peningkatan potensi dari masing-masing insan. Hal ini hanya dapat dicapai melalui pengerahan energi kerja dan energi pikir yang dilaksanakan dengan konsisten yang mana nantinya menghasilkan kompetensi diri kita yang semakin hari semakin tinggi. Selalu berusaha menggali potensi yang maksimum dari diri kita masing-masing.
Maka kerja sebagai sarana aktualisasi diri, menyadarkan kita untuk selalu bekerja keras penuh semangat. Dengan selalu bekerja keras, dapat dipersamakan dengan atlit yang giat berlatih untuk mencapai lebih cepat, lebih tinggi dan lebih kuat. Kalau kita selalu kerja keras otomatis menjadikan kompetensi diri kita selalu meningkat.

5.
Dalam melakukan kerja, harus kita sadari bahwa itu merupakan yadnya atau ibadah. Sebab kerja apa pun yang kita lakukan, ujung-ujungnya sekali adalah pelayanan untuk Tuhan. Maka kita harus bekerja dengan ikhlas, menghayati apa yang dikerjakan, dan bekerja penuh kecintaan karena terbayangkan toh akhirnya Tuhan jua titik akhir dari hasil pekerjaan kita menuju. Bahkan lebih ekstrim dinyatakan dalam Bagawad Gita bahwa bekerjalah dengan ikhlas tanpa mengharapkan hasil. Tapi dapat dimaklumi kalau di jaman sekarang hanya satu dua orang yang mampu menghayati anjuran Gita tsb.
Yang penting ingat bahwa kerja adalah yadnya, maka kita akan bekerja dengan serius penuh penghayatan, serta penuh kecintaan. Hasil daripada itu pasti akan menyusul secara otomatis.

6.
Adalah kenyataan bahwa kerja adalah suatu seni. Seseorang yang dapat menciptakan seni cara bekerja maka ia akan bekerja sangat effisien dan efektif. Diharapkan selalu kreatif mencari terobosan yang cerdas untuk mengantisipasi masalah-masalah dalam pekerjaan.
Gairah kerja akan merangsang kreatifitas guna mengupayakan seni bekerja yang cerdas. Dari mana memperoleh gairah kerja? Sebagai berikut : Ingatlah bahwa,
• Hasil pekerjaan adalah buah manis yang memuaskan dan menyenangkan hati.
• Pekerjaan merupakan suatu status sosial dan suatu respek.
• Pekerjaan memberikan identitas psikis yang penting. Misalnya : Nama saya Rani dari Bank Permata. Nama saya Dimitri, saya seorang arsitek. Nama saya Edu, saya kuliah di Universitas Udayana.Dst.
• Pekerjaan membuat kita mempunyai aktifitas pola teratur, sehingga tersedia kesempatan untuk tenggelam dalam keasyikan yang produktif. Hidup jadi tidak membosankan. Kadang ada sense of power karena kita in-charge atas sesuatu.
• Pekerjaan sering menjelma seperti tantangan yang akan membuat kita merasa puas kalau berhasil menyelesaikannya atau mengalahkan tantangan tsb.
• Pekerjaan sering menjadi sumber kegembiraan berhubung disana kita dapat menjalankan kreatifitas hasil pemikiran kita.
• Maknai aktifitasmu (ketahuilah makna dari aktifitas yang engkau lakukan) maka akan engkau lakoni dengan penuh antusiasme.

Gairah dan antusiasme fisik dapat dicapai dengan :
• Tampilkanlah postur badan yang antusias, badan ditegakkan.
• Bertindaklah dengan antusias maka engkau akan merasa antusias. Berbicaralah lebih keras, berjalanlah lebih cepat. Bergeraklah dengan tangkas.
• Bekerjalah dengan tempo lebih tinggi, maka niscaya antusiasme akan merembes dari dalam hatimu ke luar.
• Bukan mengerjakan apa yang kita suka, melainkan menyukai apa yang harus kita kerjakanlah yang membuat hidup kita bahagia.



7.
Kerja adalah kehormatan. Maka jangan bekompromi dengan mutu yang rendah, sebab akan menghilangkan rasa hormat diri (self respect) atas keprofesionalan kita sendiri. Dan untuk mencapai keunggulan mutu, ketekunan kerja adalah kuncinya. Keunggulan harus dipandu dengan visi yang dahsyat. Berfokus pada pemuasan pelanggan. Pekerjaan kita akan lebih dihormati kalau kita mencapai prestasi yang tertinggi.

8.
Manusia adalah makhluk mulia. Predikat mulia diperoleh ketika kita melakukan pelayanan. Orang yang bisa melayani orang lain pastilah orang yang rendah hati. Pada saat melayani, orang akan merasakan kebahagiaan yang sejati.
Kerja adalah pelayanan maka kita bekerja dengan ramah penuh rasa bahagia dan rendah hati.

T a m b a h a n :
Jika sukses memang bermakna maka seharusnya kita bahagia. Jika itu tidak membuat bahagia, mungkin :
Kita terlalu saintifik dan kurang intuitif
Kita terlalu matematik dan kurang artistik
Kita terlalu rasional dan kurang imajinatif
Kita terlalu deduktif dan kurang induktif
Kita terlalu analitik dan kurang sintetik
Kita terlalu spesialistik dan kurang holistik
Kita terlalu deskriptif dan kurang puitis
Kita terlalu linear dan kurang inovatif
Kita terlalu banal dan kurang reflektif
Kita terlalu material dan kurang spiritual
Kita terlalu maskulin dan kurang feminim.

Sukses sejati hendaknya memenuhi 6 syarat :
1.Murni. Sukses yang benar semestinya murni, pertama dalam dunia moral-spiritual, kemudian dunia mental-psikologis, dan sosial-politik. Sukses semu, karena kepalsuannya, cepat lambat akan tamat dengan tragis.
2.Lengkap. Sukses yang benar semestinya mencakup semua dimensi kehidupan. Sukses yang parsial, karena ketidak seimbangannya, akan bubar sendiri.
3.Menumbuhkan. Sukses yang benar semestinya menumbuh kembangkan manusia.
4.Membebaskan. Sukses yang benar semestinya membebaskan manusia dari kebodohan, menghasilkan kemerdekakan berpikir, proaktif dan kreatif.
5.Memperbarui. Sukses yang benar semestinya mampu memperbarui manusia menuju tingkat tertinggi evolusi mental spiritualnya.
6.Mebahagiakan. Sukses yang benar semestinya memdatangkan sukacita dan ketentraman bathin.

Sekali lagi mengenai 8 Roh Keberhasilan suatu organisasi :
1.
Roh kebaikan (the spirit of goodness). Baik disini berati bermanfaat dan bersifat membangun. Organisasi sukses selalu dimotivasi untuk menawarkan kebaikan, menghasilkan produk yang bermanfaat. Pada tingkat personal, hatinya senang atau berbahagia kalau berbuat baik. Secara religius dia merasa banyak menerima kabaikan, kemudian merasa bertanggung jawab untuk memberi banyak kelimpahan pula. Lawannya adalah roh miskin dan pelit. Orang begini selalu merasa kekurangan, dan karenanya tidak punya sesuatu untuk dibagikan, walaupun sebenarnya kaya raya. Bukan masalah jumlah tapi soal kondisi mental atau state of mind.

2.
Roh keterpercayaan (the spirit of trustworthiness). Roh ini terbentuk melalui kesadaran bahwa kita telah dipercaya untuk menerima dan mengelola hal-hal yang baik dan berharga. Maka selalu mempertahankan kepercayaan ini, memperbesar dan memperluasnya. Lawannya adalah roh ketidak pedulian, sikap seenak perut dan sembarangan.

3.
Roh pengabdian (the spirit of dedication). Roh pengabdian adalah semangat yang memdorong kita berkomitmen pada misi dan tujuan yang kita anggap luhur dan bermakna. Dilihat dari luar maka kita tampak tekun dan penuh loyalitas. Lawannya adalah roh setengah hati, tanggung, antara sungguh-sungguh dan main-main. Mau sih mau tapi tidak bekerja total all out. Bersedia sih bersedia tapi suka menunda-nunda.

4.
Roh pertumbuhan (the spirit of growth). Selalu mendambakan kemajuan dan pertumbuhan kearah lebih baik. Progres selalu positif. Lawannya roh kemalasan. Enggan bekerja keras tapi ingin mendapat hasil besar.

5.
Roh cinta (the spirit of love). Cinta ini didorong rasa sukacita dan welas kasih untuk memberi secara tulus, bebas pamrih untuk diri sendiri. Lawannya adalah roh ketakutan, takut miliknya atau benda-bendanya sampai berkurang.

6.
Roh estetika (the spirit of beauty). Kerinduan manusia pada sesuatu yang bernilai seni, selain untuk menikmati keindahan buat dirinya sendiri, juga untuk memperindah kehidupan ini. Kita telah mengenal beberapa empu seni atau maestro dunia yang telah mempersemabahkan karya agung. Lawannya adalah roh destruksi, perusak. Kadang karena tidak mampu menyumbangkan sesuatu yang indah, maka justru merusak yang sudah ada dengan tega.

7.
Roh keunggulan (the spirit of excellence). Unggul berarti yang terbaik di kelasnya. Sesungguhnya inilah dambaan aspirasi jiwa yng sehat. Lawannya adalah roh cepat puas ala kadarnya. Asal jadi asal bikin.

8.
Roh penatalayanan (the spirit of stewardship). Sebuah kesadaran penuh yang dengan rendah hati selalu rela dan suka melayani. Ingin pelanggan selalu terpuaskan, terbahagiakan. Lawannya adalah roh arogansi. Bersikap seperti tuan besar, ingin selalu dilayani, lalai pada layanan profesi.


Tidak ada komentar: