16 September 2009

BEKERJA TANPA MENGHARAPKAN HASIL

DALAM BAGAVAD GITA KITA DIANJURKAN BEKERJA TANPA MENGHARAPKAN HASIL, APAKAH ITU MASUK AKAL?

Apakah bisa, kita bekerja tanpa mengharapkan hasil? Padahal sebelum tergerak untuk melaksanakan kerja, kita sudah merencanakan aktifitas itu lengkap dengan bayangan hasil yang akan dicapai. Bagaimana agar kita bisa mempraktekkan filsafat tersebut dalam bekerja sehari- hari? Apakah menyenangkan bila kita bekerja tanpa mengharapkan hasil?

Menurut saya harus ada beberapa keyakinan yang mendukung untuk dapat berpikir seperti anjuran filsafat di atas. Ada 3 hal yang saya anggap diperlukan. Pertama kita harus yakin akan kebenaran mutlak dari Hukum Karma Phala. Hukum ini merupakan bagian dari filsafat Hindu: Panca Sraddha, yang artinya 5 hal yang harus diyakini.



Kita harus yakin perbuatan baik akan menghasilkan buah perbuatan yang baik pula, perbuatan jelek menghasilkan sesuatu yang jelek yang akan ditimpakan pada kita. Kalau hukum ini sudah menjadi keyakinan yang mendarah daging maka anjuran 'tanpa mengharapkan hasil' akan menjadi mudah dilaksanakan. Nanti akan ditinjau prosesnya.

Yang kedua, kita harus yakin bahwa kita sebagai mikrokosmos (bhuwana alit) merupakan bagian yang menyatu dengan makrokosmos (bhuwana agung). Di alam dunia fisik (sekala), badan fisik kita tersusun dari unsur Panca Maha Bhuta yang sama dengan benda- benda fisik lainnya di alam raya (baik benda hidup maupun benda mati). Di alam non fisik (alam niskala), roh suci kita (Atman) merupakan bagian dari, dan berasal dari Tuhan (Brahman) itu sendiri.

Intinya, mikrokosmos dan makrokosmos sebenarnya tidak ada batasnya. Hanya karena kita masih punya banyak pahala buruk, maka kita tidak bisa menyadarinya. (Konon bila kita mampu menghapus pahala buruk dengan terus menerus melakukan karma baik, maka kita bisa menembus batas itu dan memiliki kesadaran sejati untuk melihat langsung hubungan itu). Dalam hal ini, yang ingin disampaikan bahwa, energi macam apapun yang kita luncurkan melalui aktifitas yang kita lakukan, akan langsung diterima alam raya/ makrokosmos dengan reaksi energi yang sepadan. Tidak ada batas bagi energi perbuatan/ karma. Siapa pun tidak bisa menghalangi laju energi- energi dari hasil aktifitas kita berpikir, berkata dan berbuat, ke dalam alam raya.

Yang ketiga, menyangkut hal yang lumrah dan duniawi bahwa, keinginan yang tidak tercapai akan mengakibatkan kekecewaan bahkan kesedihan atau perasaan sengsara. Tentu merupakan hal yang ingin dihindari oleh semua orang.

Nah, bagaimana kira-kira alur pikir yang perlu dipedomani sehingga kita bisa bekerja tanpa mengharapkan hasil? Ketika kita bekerja, tentu akan mengerjakan sesuatu yang baik (karena yakin dengan Hukum Karma Phala) dan cobalah lihat dengan imaginasi kita butir-butir energi dari aktifitas kita melayang ke alam raya. Kita asik saja bekerja karena kita yakin alam semesta (sekala dan niskala) akan memberikan reaksi energi yang sepadan, apa pun itu bentuknya. Walaupun bentuk reaksinya mungkin tidak seperti yang kita rencanakan semula, yang pasti itu nilainya sepadan.

Misalnya, ketika Anda mengharapkan hasil kerja itu berupa mobil, entah bagaimana Anda terima dalam bentuk emas. Ketika Anda merencanakan hasilnya berupa emas, mungkin yang Anda dapatkan justru kesembuhan dari suatu penyakit yang sejak lama Anda derita, atau yang Anda peroleh sebuah perasaan bahagia karena lebih dicintai oleh orang-orang disekeliling Anda. Hal demikian memang tetap jadi misteri bagi manusia. Dan justru misteri yang tidak bisa diduga itulah yang membuat hidup lebih hidup. Tetapi kalau hidup Anda selaras dengan Hukum Kehidupan Alam Raya, maka energi kerja Anda akan diterima dengan reaksi dalam bentuk- bentuk hasil persis seperti yang Anda rencanakan. Yakni hasil seperti yang Anda tanamkan dalam visi ('bentuk' dalam imaginasi) Anda.

Setelah mengetahui seluruh jalan ceritera di atas, maka daripada menginginkan hasil dalam bentuk pasti seperti yang Anda rencanakan semula, lebih baik Anda lakukan saja kerja tersebut sambil tidak mempedulikan harapan akan hasilnya. Anda bisa mengabaikan hasilnya karena Anda yakin seyakin-yakinnya Anda akan tetap memperoleh 'hasil yang sepadan'. Maka hal ketiga di atas tidak akan terjadi (kekecewaan karena tidak mendapat hasil). Karena Anda tahu sebenarnya Anda sudah memperoleh 'hasil dengan nilai yang sepadan' dari kerja Anda, cuma kadang- kadang tidak terlacak dalam bentuk apa.

Memang sebelum kerja, rencana kerja dan target hasil yang terukur tetap diperlukan untuk memperkuat visi Anda. Tetapi begitu masuk ke dalam kerja itu sendiri, Anda dengan ringan dapat 'melupakan' target hasil tersebut. Yang diperlukan hanya keyakinan bahwa Anda pasti mendapat hasil yang sepadan. Selebihnya serahkan pada kekuasaan Alam Raya yang misterius.

Dan apakah masalahnya yang ada pada kita? Masalahnya apakah Anda yakin 1000% (seribu persen) terhadap Hukum Karma Phala? Untuk saya, saya sangat bersyukur karena sejak diajar agama di Sekolah Dasar saya yakin pada Hukum Karma Phala. Keyakinan ini banyak berjasa dalam mengendalikan hidup saya. Dan itu bukan hal spesial, karena sudah sewajarnyalah bagi setiap orang Hindu. Demikian pula ajaran tentang Brahman - Atman, Bhuwana Agung dan Bhuwana Alit, sudah sewajarnya dipahami oleh tiap orang Hindu.

1 komentar:

putra mengatakan...

Saya termasuk orang yang sejalan dengan dasar pemikiran yang diuraikan dalam tulisan diatas, saya sangat meyakini hukum karma phala, saya juga percaya bahwa jagat raya akan selalu mencari bentuk dalam keseimbangan, apabila kita merusaknya adalah malapetaka jawabannya dan apabila kita memeliharanya maka keindahan dan kebahgiaan jawabannya, maka dari itu kita wajib memelihara kebaikan terhadap jagat raya beserta isinya agar kita mencapai kebahgian lahir dan batin