14 Januari 2009

TAHU-TAHU... SEBENARNYA TETANGGA KITA TERNYATA JUTAWAN (1)

Ada sebuah buku yang mengisahkan tentang jutawan-jutawan tersembunyi di antara tetangga kita, yang tak disangka adalah jutawan karena mereka berpenampilan biasa saja tidak seperti jutawan. Buku ini pernah jadi bestseller Amerika, berjudul 'The Millionaire Next Door' merupakan survey dan studi dari Thomas J.Stanley dan William D.Danko. Hasil studi yang dilakukan di Amerika ini rasanya tidak relevan kalau ingin disamakan untuk situasi Indonesia. (Dari skala gajih rata-rata, sehingga contoh yang diuraikan dibiarkan dalam USD). Walau pun demikian patutlah kita bersyukur karena bisa menyerap makna dari hasil survey yang telah dilakukan itu, dan kita tinggal membacanya saja.

Diperkenalkan suatu rumus untuk menilai apakah Anda termasuk seseorang yang berhasil mengumpulkan kekayaan, ataukah Anda hidup terlalu boros dan gagal mengumpulkan kekayaan walau pun sebenarnya gajih bulanan Anda sangat besar. Perhitungan akumulasi kekayaan sangat tergantung dari umur seseorang. Asumsinya semakin meningkat umur seseorang
semakin tinggi pendapatannya/ gajihnya dan, semakin banyak kesempatannya menabung atau melipat gandakan kekayaannya sedari muda sejak mulai bekerja. Menurut rumusan itu, seberapa kekayaan Anda seharusnya? (Harta warisan tidak masuk hitungan lho). Pendekatannya sbb.: Kalikan usia Anda dengan penghasilan tahunan Anda, bagi dengan sepuluh.

Contoh. Tuan Anton berusia empat puluh satu tahun, berpenghasilan $155.000 setahun, maka dia harus mengalikan $155.000 dengan 41. Sama dengan $6.355.000. Dibagi sepuluh, kekayaan bersihnya seharusnya mencapai $635.500. Bila ternyata kekayaan Tuan Anton di atas angka itu maka dia boleh dijuluki 'akumulator kekayaan luar biasa'. Kalau setara dengan angka yang seharusnya maka dia 'akumulator kekayaan yang baik'. Bila jauh dibawah $635.500 maka dia 'akumulator kekayaan yang buruk', mungkin karena gaya hidupnya dan keluarganya terlalu konsumtif. Hasil studi juga menjumpai banyak kasus dimana orang yang pendapatan per tahunnya kecil saja, bisa mengumpulkan kekayaan bersih jauh lebih besar daripada orang yang penghasilan per tahunnya lumayan besar. Mengapa bisa demikian? Faktor-faktor apa yang berbengaruh?

Siapa yang dianggap jutawan? Pelaku studi mematok jutawan ialah yang mempunyai kekayaan bersih $1.000.000 atau lebih. Pada umumnya, siapakah mereka itu? Biasanya orang kaya tersebut adalah pelaku bisnis yang tinggal di kota yang sama sepanjang hidupnya sebagai orang dewasa. Dia memiliki sebuah pabrik kecil, rangkaian toko atau perusahaan jasa. Dia menikah sekali dan sampai sekarang masih mempertahankan pernikahannya. Dia bertetangga dengan orang- orang yang kekayaannya jauh lebih sedikit (artinya, bukan di lokasi elit). Dia punya sifat menghemat dan menjadi investor. Dan dia mengumpulkan kekayaannya atas usaha sendiri semasa hidupnya (dari generasi pertama). Selama penelitian, pelaku studi menemukan tujuh ciri khas yang terdapat di antara mereka yang sukses mengumpulkan kekayaan. Tujuh faktornya sbb.:

1. Mereka hidup jauh di bawah kemampuan mereka.
Rencana belanja keluarga mereka hemat, direncanakan dengan baik sehingga biaya hidup untuk keseluruhan maksimal 80% dari penghasilan mereka. Seberapa besar pun penghasilan Anda kalau biaya hidup keluarga tidak terkendali/ sangat konsumtif, jangan-jangan Anda malahan jadi punya hutang karena 'lebih besar pasak daripada tiang'. Ada contoh lucu: Si Henry punya penghasilan $1200 per minggu, dan itu habis pas untuk biaya hidup keluarganya tiap minggu juga. Suatu saat, karena prestasi bagus, penghasilannya dinaikkan menjadi $1400 tiap minggu. Apa yang terjadi? Jumlah $1400 itu habis pas pula tanpa sisa sejak minggu pertama Henry menerima kenaikan gajih tersebut. Bila Henry seorang 'pengumpul kekayaan yang baik' seharusnya sejak menerima kenaikan gajih, dia bisa menyisakan $200 tiap minggu.

2. Mereka mengalokasikan waktu, energi, dan uang mereka secara efektif, dalam cara yang kondusif untuk mengumpulkan kekayaan.
Ada suatu usaha yang dilakukan dengan penuh kesadaran sejak muda ke arah itu. Selalu fokus berinvestasi dan melipat gandakan kekayaan walaupun mulai dengan modal yang sangat kecil (misalnya dari sisa pendapatan point 1). Disamping itu mereka dapat membedakan secara jelas mana aset dan yang mana biaya. Contoh: Anda menambah mobil di rumah, padahal tidak sangat dibutuhkan bagi keluarga Anda, berarti Anda menambah biaya yang merongrong pendapatan/ kekayaan Anda, termasuk pengeluaran untuk pemeliharaannya. Maka mobil itu menjadi biaya, bukan aset sama sekali. Tetapi bila mobil itu Anda beli untuk disewakan dimana penghasilan bersihnya menguntungkan dan menambahkan kekayaan Anda, maka mobil itu barulah aset.

3. Mereka percaya bahwa independensi dalam keuangan lebih penting ketimbang memamerkan status sosial tinggi.
Mereka akan merasa membuang- buang sumber daya yang tidak perlu kalau harus tinggal di kawasan elit yang mahal. Atau mereka cukup membeli 'dengan ketelitian tinggi' sebuah mobil bagus tangan kedua. Kenapa harus beli mobil yang baru sama sekali padahal mobil tangan kedua tetap dapat memberikan kenyamanan tinggi dengan harga yang jauh lebih murah? (Mempunyai kekayaan nyata adalah merupakan hal penting nomer satu, bukan terperangkap gengsi dan berhutang untuk itu).

4. Orang tua mereka tidak memberikan tunjangan Ekonomi.
Sejak menginjak dewasa dan bekerja, mereka sudah mandiri secara ekonomi. Terlepas apakah orang tua mereka kaya atau tidak kaya, orang tua mereka pada umumnya sadar bahwa tunjangan ekonomi akan memperlemah karakter sebagai pengumpul kekayaan. Bila kemudian mereka menikah maka pasangannya biasanya hidup hemat juga.

5. Anak-anak mereka yang sudah dewasa memenuhi kebutuhan ekonomi sendiri.
Hal ini selaras dengan point 4 di atas. Kebanyakan para jutawan mendidik anak-anak mereka dengan mencontohkan bagaimana pola hidup mereka sehingga berhasil menjadi jutawan. (Mencontohkan perilaku, bukan omong doang). Bahkan anak- anak mereka baru diberi bagian warisan kekayaan justru ketika anak- anak itu sudah mapan secara ekonomi, yang artinya sudah diyakini mampu mengelola harta warisan tersebut.

6. Mereka ahli dalam membidik peluang pasar.
Mereka adalah orang- orang yang sangat kreatif dalam bidang bisnis. Mampu dengan cepat dan tangkas untuk merubah tantangan menjadi peluang. Dan selalu berusaha melayani pelanggan dengan baik.

7. Mereka memilih pekerjaan yang tepat.
Pekerjaan yang ditekuni memang sesuai dengan bakat mereka, sehingga dirasakan tidak membosankan dan mereka bisa tekun. Mungkin orang lain melihatnya sebagai pekerjaan biasa, tidak ada istimewanya, rutin dan tentu saja bisa membosankan. Tapi bagi para jutawan ini, pekerjaan mereka malah memberi kesenangan karena serasa sedang melakukan hobi saja.

Demikian 7 faktor yang perlu disadari dan diadopsi oleh para muda, terutama yang baru tamat sarjana dan baru mulai bekerja. (bersambung pada posting berikutnya).

Judul: Membilas pasir. Oleh: Ananda Dimitri. Acrylic di atas canvas. 40 x 40. (1996)

Judul: The Red Shadow. Oleh: Ananda Dimitri. Acrylic di atas canvas. 40 x 40. (1996)

Tidak ada komentar: